HAKEKAT KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI



















DISUSUN OLEH:


                   Alif
Dio Brilian Utama Putr
a       (941417002)


                   Desi
harmain                                  (941417010)





PROGRAM
STUDI S1 ILMU ADMINISRTASI PUBLIK


JURUSAN
MANAJEMEN


FAKULTAS
EKONOMI


UNIVERSITAS
NEGERI GORONTALO


2019





 KATA
PENGANTAR




Dengan
meyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya 
yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah “KEPEMIMPINAN” tentang “HAKEKAT
KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI”


Adapun
makalah tentang “HAKEKAT KEPEMIMPINAN DALAM ORGANISASI” ini telah kami usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan
makalah ini.


Namun
tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik
dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan
lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki
makalah ini.


            Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini
dapat diambil hikmah dan manfaatannya sehingga dapat memberi inpirasi terhadap
pembaca.





Gorontalo,
14 September 2019





Penyusun



































DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.................................................................................................. i


DAFTAR ISI................................................................................................................. ii


BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang.............................................................................................. 1


1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 1


1.3 Tujuan Penulis............................................................................................... 1


BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................... 2


2.1 Pengertian Kepemimpinan3........................................................................... 3


2.2 Teori
Kepemimpinan..................................................................................... 4


2.3 Teori Kelahiran
Pemimpin............................................................................. 7


2.4 Macam-Macam Tipe Kepemimpinan............................................................. 8


2.5 Gaya Kepemimpinan................................................................................... 10


2.6 Pemimpin Yang Melayani........................................................................... 12


2.7 Pemimpin Sejati........................................................................................... 14


2.8 Empat Kriteria Pemimpin Sejati.................................................................. 15


2.9 Ciri Pemimpin
Sejati.................................................................................... 16


2.10 Kepemimpinan Dan Kearifan Lokal.......................................................... 17    


BAB 3 PENUTUP....................................................................................................... 18





3.1 Kesimpulan.................................................................................................. 18


3.2 Saran............................................................................................................ 18


3.3 Penutup........................................................................................................ 18


DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 19





 BAB
I


PENDAHULUAN


1.2
Latar Belakang


            Hakikat kepemimpinan merupakan proses kegiatan mempengaruhi orang lain
melakukan aktivitas, maka terdapat banyak variasi pendapat tentang kegiatan
fungsional yang dilakukan oleh seorang pemimpin untuk mempengaruhi pengikut
atau karyawan. Kepemimpinan selalu melibatkan upaya seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi
perilaku seseorang pengikut atau para pengikut dalam suatu situasi.


            Kepemimpinan
merupakan bidang ilmu yang kompleks dan variatif. Kepemimpinan mudah
diidentifikasi tetapi sulit untuk didefinisikan secara persis. Beberapa ahli
kepemimpinan secara prinsip setuju bahwa kepemimpinan dapat didefinisikan
sebagai proses mempengaruhi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya.
Kepemimpinan telah dipelajari secara luas dalam berbagai konteks dan dasar
teoritis. Dalam beberapa hal, kepemimpinan digambarkan sebagai sebuah proses,
tetapi sebagian besar teori dan riset mengenai kepemimpinan focus pada seorang
figur untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik.


            Fungsi
kepemimpinan baru bisa dijalankan dalam sebuah masyarakat jika telah terpenuhi
tiga unsur utama berikut ini : kumpulan manusia yang dimulai dari tiga orang
atau lebih, terdapat tujuan kolektif yang ingin diwujudkan bersama, dan yang
tidak kalah penting yaitu terdapat seseorang yang dipilih untuk menjadi
pemimpin dan mendapatkan persetujuan dari mayoritas anggota masyarakat yang
akan membantunya merealisasikan tujuan bersama.


            Seorang
pemimpin diharapkan memiliki kemampuan untuk memimpin mengarahkan karyawan
supaya maju dalam meraih dan mewujudkan tujuan-tujuan yang diharapkan dan yang
ingin dicapai bersama. Seorang pemimpin juga merupakan bagian dari anggota
karyawan yang tidak bisa dipisahkan. Apa yang menjadi tanggungjawab pemimpin
harus dijalankan dengan sebaik-baiknya sehingga seorang pemimpin mampu
menjadikan dirinya sebagai suri tauladan dan panutan bagi orang-orang atau
karyawan yang dipimpinnya dalam rangka meraih tujuan bersama. Kepemimpinan
muncul dari aspirasi anggota organisasi.


            Pemimpin
dibekali dengan kekuasaan untuk mempengaruhi, mengatur atau mengarahkan anggota
organisasi untuk tunduk terhadap kepemimpinan mereka, dengan kekuasaan yang
dimiliki ia berusaha mempengaruhi perilaku orang lain dengan sebuah metode yang
memungkinkan mereka loyal dan taat kepadanya. Selain itu, para bawahan juga
berkenan untuk mematuhi segala perintahnya dengan segenap perasaandan jiwa.


            Secara
factual, seorang pemimpin menjalankan peran yang lebih tinggi dari bawahannya,
tapi terkadang para pemimpin harus berbaur dengan bawahannya terlebih jika
pemimpin belum mengenal betul sifat dan karakter dari bawahannya. Pada saat
apapun jika seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain, dimuka telah
diterangkan bahwa kegiatan semacam itu telah melibatkan seseorang ke dalam
aktivitas kepemimpinan. apa yang akan dipakainya saat memimpin.


1.2 Rumusan Masalah


1.     
Pengertian Kepemimpinan


2.     
Teori
Kepemimpinan


3.      Teori Kelahiran Pemimpin


4.     
Macam-Macam
Tipe Kepemimpinan


5.     
Gaya
Kepemimpinan


6.     
Pemimpin Yang Melayani


7.     
Pemimpin Sejati


8.     
Empat Kriteria Pemimpin Sejati


9.     
Ciri Pemimpin Sejati


10.  Kepemimpinan Dan Kearifan Lokal


1.3 Tujuan Penulisan


1.     
Untuk Mengetahui Pengertian
Kepemimpinan


2.     
Untuk Mengetahui Teori Kepemimpinan


3.      Untuk Mengetahui Teori Kelahiran Pemimpin


4.     
Untuk Mengetahui Macam-Macam Tipe Kepemimpinan


5.     
Untuk Mengetahui Gaya Kepemimpinan


6.     
Untuk Mengetahui Pemimpin Yang Melayani


7.     
Untuk Mengetahui Pemimpin Sejati


8.     
Untuk Mengetahui Empat Kriteria Pemimpin Sejati


9.     
Untuk Mengetahui Ciri Pemimpin Sejati


10.  Untuk Mengetahui Kepemimpinan Dan Kearifan Lokal






































BAB II


PEMBAHASAN


2.1 Pengertian Kepemimpinan


            Kepemimpinan dalam bahasa inggris disebut Leadership
dan dalam bahasa arab disebut Zi’amah atau Imamah . dalam
terminologi yang dikemukakan oleh Marifield dan Hamzah. Kepemimpinan adalah menyangkut
dalam menstimulasi, memobilisasi, mengarahkan, mengkoordinasi motif-motif dan
kesetiaan orang-orang yang terlibat dalam usaha bersama. Kepemimpinan merupakan
bagian dari fungsi-fungsi manajemen yang menduduki posisi strategis dalam
sistem dan hirarki kerja dan tanggung jawab pada sebuah


            Kepemimpinan adalah
kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain untuk melakukan
sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam
menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai
tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan
kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan
apa yang diinginkan pihak lainnya.


            Kepemimpinan
(leadership) adalah suatu proses untuk mempengaruhi dan mendorong orang
lain agar bekerja keras dalam mencapai suatu tujuan. Pemimpin (leader)
adalah orang yang dapat menggunakan pengaruhnya terhadap orang lain. Manajer di
setiap tingkat manajemen memiliki gaya kepemimpinannya masing-masing.
Efektivitas kepemimpinan akan meningkatkan kemampuan organisasi untuk
menghadapi tantangan di masa depan.


            Pengertian
kepemimpinan menurut para ahli:


v  Thoha
(1983),
kepemimpinan adalah
aktivitas untuk mempengaruhi prilaku orang lain agar supaya mereka mau
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu.


v  Georger
R. Terry (1960),

kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang untuk berusaha mencapai
tujuan bersama.


v  cc Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal
untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung
jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan
perusahaan.


v  Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang
membantu mengembangkan orang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi
memerlukan pemimpinnya itu.


v  Kootz
& O’donnel (1984),

mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi sekelompok orang
sehingga mau bekerja sungguh- sungguh untuk meraih tujuan kelompoknya.





            Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai
pengasuh yang mendorong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain,
beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasilaadalah :


v  Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat
dan perbuatannya menjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang – orang
yang dipimpinnya.


v  Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan
semangat berswakarsa dan berkreasi pada orang – orang yang dibimbingnya.


v  Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong
orang-orang yang diasuhnya berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung
jawab.


            Kepemimpinan
adalah seni untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang-orang sedemikian rupa
untuk memperoleh kepatuhan, kepercayaan, respek, dan kerjasama secara royal
untuk menyelesaikan tujuan bersama. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya.
Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan yang dijelaskan
sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena
untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi
banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria yang
tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu
kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat – sifatnya, atau kewenangannya yang
dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya
kepemimpinan yang akan diterapkan.


            Fungsi
pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fungsi
yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan.


Pada dasarnya fungsi
kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :


1.      Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan
administrasi dan menyediakan fasilitasnya.


2.      Fungsi sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning,
organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.





            Jadi, dapat
kami simpulkan bahwasanya kepemimpinan
adalah suatu usaha
untuk mengarahkan, membimbing dan memotivasi serta bersama-sama mengatasi
problem dalam proses pencapaian tujuan suatu organisasi.


2.2
Teori Kepemimpinan     


            Memahami
teori-teori kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh mana
kepemimpinan dalam suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif
serta menunjang kepada produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya
tulis ini akan dibahas tentang teori dan gaya kepemimpinan. Seorang pemimpin
harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempunyai referensi
dalam menjalankan sebuah organisasi.


            Beberapa teori tentang
kepemimpinan antara lain :


A.   
Teori Kepemimpinan Sifat
(Trait Theory)


            Analisis
ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu
sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang
beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yangkemudian teori
ini dikenal dengan ”The Greatma Theory”.


            Dalam
perkembanganya, teori ini mendapat pengaruh dari aliran perilaku pemikir
psikologi yang berpandangan bahwa sifat-sifat kepemimpinan tidak seluruhnya
dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melalui pendidikan dan pengalaman.  Sifat – sifat itu antara lain : sifat fisik,
mental, dan kepribadian. 


            Keith Devis
merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan
organisasi, antara lain :


1.     
Kecerdasan


Berdasarkan hasil
penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan
rata – rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil yang lebih
tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan yang
lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya.


2.     
Kedewasaan dan Keluasan
Hubungan Sosial


Umumnya di dalam
melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun eksternal, seorang
pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat
pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendirian yang
diyakini kebenarannya.


3.     
Motivasi Diri dan
Dorongan Berprestasi


Seorang pemimpin yang
berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk
berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kinerja yang
optimal, efektif dan efisien.


4.     
Sikap Hubungan
Kemanusiaan


Adanya pengakuan
terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya mampu berpihak
kepadanya.





B.    
Teori Kepemimpinan Perilaku


            Teori ini dikembangkan mulai awal tahun 50-an, akibat
ketidakpuasan dari teori sifat. Teori ini lebih menitikberatkan pada
keberhasilan seorang pemimpin dipengaruhi oleh perilaku seorang pemimpin. Hal
ini disebabkan karena pada dasarnya kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
kegiatan-kegiatan seseorang atau kelompok dalam usahanya untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan (Wahyo Sumidjo, Dasar-dasar Kepemimpinan dan Manajemen).


            Berdasarkan penelitian,
perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini memiliki kecendrungan
kearah 2 hal :


1.     
Pertama, yang disebut
dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin yang menggambarkan
hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti :
membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berkonsultasi
dengan bawahan.


2.     
Kedua, disebut Struktur
Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang memberikan batasan kepada
bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instruksi dalam
pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil yang akan
dicapai.





C.    
Teori Kewibawaan Pemimpin


            Kewibawaan
merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan faktor itu
seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik secara
perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan apa
yang dikehendaki oleh pemimpin.





D.   
Teori Kepemimpinan Situasi


Pendekatan teori ini
lahir karena teori sifat dan pendekatan perilaku tidak banyak memberikan
jawaban dalam gaya kepemimpinan. Mengapa demikian? Karena keberhasilan seorang
pemimpin tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dirinya,
namun juga variabel-variabel lain, di antaranya adalah visi dan misi
organisasi, sifat pekerjaan, lingkungan organisasi serta karakteristik individu
yang terlibat dalam organisasi.             Pendekatan
ini memberikan arti yang cukup banyak bagi pemimpin dalam prakteknya, yaitu
dengan memasukan pertimbangan situasi secara keseluruhan dalam rancangan
kegiatan.


            Teori ini dirumuskan oleh
Hersey dan Blanchard (1992-1997) yang merupakan perkembangan terakhir dari
kepemimpinan model konsingensi atau fiedler yang dikembangkan oleh PAUL HERSEY
dan KENNETH BLANCHARD yang semula disebut Life Cycle Theory.


            Berikut ini disajikan
model kepemimpinan situasional. Penelitian lebih lanjut menunjukan bahwa
perilaku kepemimpinan cenderung berbeda-beda dari situasi ke situasi lain.
Dalam kepemimpinan situasional pemimpin harus mampu melaksanakan diagnosis
dengan baik terhadap situasi yang ada, sehingga pemimpin harus mampu:


1.     
Mengubah-ubah perilaku
sesuai dengan situasi dan kondisinya;


2.     
Memperlakukan bawahan
sesuai dengan tingkat kematangannya yang berbeda-beda.


            Berdasarkan
uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku kepemimpinan cenderung
berbeda-beda dari situasi ke situasi lain. Pola perilaku berbeda-beda
disesuaikan dengan situasi dan kondisinya.


            Berikut empat
karakteristik kecenderungan perilaku kepemimpina situasi:


1.     
Tipe Direktif (Telling)


Tipe ini lebih
menitikberatkan pada komunikasi satu arah, pemimpin membatasi peranan
bawahan, menunjukkan kepada bawahan apa, kapan, di mana pekerjaan
tersebut dilaksanakan. Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
menjadi tanggung jawab pimpinan dan disampaikan kepada bawahan. Tipe
ini sering disebut juga dengan tipe telling.


2.     
Tipe Konsultatif (Selling)


Pemberian direktif cukup
besar serta menetapkan keputusankeputusan. Komunikasi dua arah, pemimpin mau
mendengarkan keluhan-keluhan dari anak buah dalam pengambilan keputusan.
Namun keputusan tetap di tangan pimpinan.


3.     
Tipe Partisipatif


Peranan bawahan dan
pimpinan dalam pengambilan keputusan seimbang. Komunikasi dua arah,
makin ditingkatkan, pemimpin lebih memperhatikan bawahannya. Pemimpin
berpendapat bahwa bawahan memiliki kecakapan pengetahuan yang cukup untuk
menyelesaikan tugas.


4.     
Tipe Delegatif


Pemimpin mendiskusikan
masalah-masalah yang dihadapi dengan bawahan selanjutnya mendelegasikan
pengambilan keputusan kepada bawahannya. Bawahan diberi hak untuk menentukan
langkah-langkah bagaimana keputusan dilaksanakan. Bawahan dianggap memiliki
kecakapan dan sangat dipercaya.





            Di antara
keempat tipe tersebut mana yang paling baik? Tipe yang paling baik apabila
pemimpin dapat menyesuaikan tipe kepemimpinannya dengan situasi yang
dihadapinya. Situasi di sini meliputi waktu, tuntutan pekerjaan, kemampuan
bawahan, pimpinan, teman sekerja, kemampuan dan harapan-harapan bawahan, tujuan
organisasi serta tujuan bawahan. Situasi juga menyangkut tingkat kematangan
bawahan.


            Seorang
pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifat
fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan.


2.3 Teori
Kelahiran Pemimpin


            Menurut
Djanalis Djanaidi dalam buku Prilaku Dalam Organisasi mengatakan ada tiga teori
tentang lahirnya pemimpin yaitu sebagai berikut;


1.     
Teori
keturunan (Genetis)


Teori keturunan adalah bahwa pemimpin itu muncul
karena sifat yang dibawanya sejak lahir. Ini berarti seseorang akan menjadi
pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinannya.


            Inti dari teori ini
menyatakan bahwa—Leader are born and not made—(pemimpin  itu
dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini
mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena
ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun
seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali
kelak ia akan timbul sebagai pemimpin.


            Berbicara mengenai takdir,
secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau
determinitis. Teori ini menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan
yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang
pemimpin. Menurut teori ini kepemimpinan diartikan sebagai traits
within the individual leader.
 Jadi seseorang dapat menjadi pemimpin
karena dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk
itu (leader were borned and note made).


2.     
Teori
pengaruh lingkungan (Sosial)


            Teori
sosial adalah teori ini menyebutkan bahwa pemimpin dibentuk karena lingkungan
hidupnya bukan karena keturunan. Ini berarti seseorang mampu menjadi pemimpin
apabila diberi kesempatan.


            Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka
teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini
ialah bahwa—Leader are made and not born—(pemimpin itu dibuat atau
dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori
genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa
setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman
yang cukup. Teori ini memandang kepemimpinan sebagai fugsi kelompok (function
of the group). Menurut teori ini, sukses tidaknya suatu pemimpin tidak hanya
dipengaruhi oleh sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi justru yang lebih
penting adalah dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang
didampinginya.


3.     
Teori
kelompok campuran (Ekologis)


            teori
ekologis adalah pemimpin itu memiliki bakat sejak lahir kemudian berkembang
melalui pendidikan dan pengalaman terutama dalam berinteraksi kepada orang lain


            Kedua teori yang
ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi
terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut
teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil
menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat
tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman
yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan
segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan
teori yang paling mendekati kebenaran. Teori ini tidak hanya didasari atas
padangan yag bersifat psikologis dan sosiologis, tetapi juga ekonomi dan
politis.


            Menurut teori ini kepemimpinan
dipandang sebagai suatu fungsi dari situasi (function of the situation). Teori
yang ketiga ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin telah memiliki
sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai
anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinannya masih ditentukan pula oleh
situasi yang selalu berubah yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan
kelompok yang didampingnya.


2.4 Macam-Macam Tipe Kepemimpinan


1.     
Tipe
Kepemimpinan Kharismatis


Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan
pembawaan yang luar biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut
yang sangat besar jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya.
Kepemimpinan kharismatik dianggap memiliki kekuatan ghaib (supernatural power)
dan kemampuan-kemampuan yang superhuman, yang di perolehnya sebagai karunia
Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik memiliki inspirasi, keberanian,
dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas kepemimpinan
kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.


2.     
Tipe
Kepemimpinan Militeristik


            Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan
otoriter. Adapun sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:


Ø  lebih banyak menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat
otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana.


Ø  menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan.


Ø  sangat menyenangi formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda
kebesaran yang berlebihan.


Ø  menuntut adanya disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya.


Ø  tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari
bawahannya.


Ø  komunikasi hanya berlangsung searah.


3.     
Tipe
Kepemimpinan Demokratis


            Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan
yang efisien kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan,
dengan penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan
kerjasama yang baik. kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada
pemimpinnya akan tetapi terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga
kelompok.


            Kepemimpinan demokratis menghargai
potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti bawahan. Bersedia
mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing. Mampu
memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan
kondisi yang tepat


4.     
Tipe
Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)


Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain:


Ø    
mendasarkan diri pada kekuasaan dan
paksaan mutlak yang harus dipatuhi.


Ø    
pemimpinnya selalu berperan sebagai
pemain tunggal.


Ø    
berambisi untuk merajai situasi.


Ø    
setiap perintah dan kebijakan selalu
ditetapkan sendiri.


Ø    
bawahan tidak pernah diberi informasi
yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang akan dilakukan.


Ø    
semua pujian dan kritik terhadap
segenap anak buah diberikan atas pertimbangan pribadi.


Ø    
adanya sikap eksklusivisme.


Ø    
selalu ingin berkuasa secara absolute.


Ø    
sikap dan prinsipnya sangat
konservatif, kuno, ketat dan kaku.


Ø    
pemimpin ini akan bersikap baik pada
bawahan apabila mereka patuh


5.   
Tipe
Kepemimpinan Laissez Faire


            Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan
kelompoknya dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak
berpartisipasi sedikit pun dalam kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan
tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya sendiri.


            Pemimpin hanya berfungsi sebagai
simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak mempunyai wibawa, tidak bisa
mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi kerja, tidak mampu
menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin biasanya
diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh
karena itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau


6.   
Tipe
Kepemimpinan Administratif/Eksekutif


            Kepemimpinan tipe
administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugas-tugas
administrasi secara efektif. pemimpinnya biasanya terdiri dari
teknokrat-teknokrat dan administrator-administrator yang mampu menggerakkan
dinamika modernisasi dan pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem
administrasi dan birokrasi yang efisien dalam pemerintahan. Pada tipe
kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu teknologi,
indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.


2.5 Gaya Kepemimpinan


            Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin bersikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu. Gaya tersebut bisa berbeda – beda atas dasar
motivasi,
kuasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu.
Diantara beberapa
gaya kepemimpinan, terdapat pemimpin
yang positif dan negatif, dimana
perbedaan itu didasarkan pada cara
dan upaya mereka memotivasi karyawan.


            Menurut Davis dan Newtrom Gaya
kepemimpinan, ialah suatu perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang
menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk
suatu pola atau bentuk tertentu.


            Menurut Soetopo gaya
kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan pemimpin dalam berinteraksi dengan
bawahannya. Sementara itu, pendapat lain menyebutkan bahwa gaya kepemimpinan
adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan-tindakan) dari seorang
pemimpin yang dirasakan oleh orang lain.


            Jadi dapat kami simpulkan
bahwa gaya kepemimpinan adalah perilaku atau cara yang dipilih dan dipergunakan
pemimpin dalam mempengaruhi pikiran, perasaan, sikap dan perilaku para anggota
organisasi bawahannya.


            Berikut gaya kepemimpinan
tersebut:


1.     
Gaya
Kepemimpinan Karismatis


            Kelebihan gaya kepemimpinan karismatis ini adalah mampu menarik orang.
Mereka terpesona dengan cara berbicaranya yang membangkitkan semangat. Biasanya
pemimpin dengan gaya kepribadian ini visionaris. Mereka sangat menyenangi
perubahan dan tantangan. Mungkin, kelemahan terbesar tipe kepemimpinan model
ini bisa di analogikan dengan peribahasa Tong Kosong Nyaring Bunyinya. Mereka
mampu menarik orang untuk datang kepada mereka. Setelah beberapa lama, orang –
orang yang datang ini akan kecewa karena ketidak-konsisten-an. Apa yang
diucapkan ternyata tidak dilakukan. Ketika diminta pertanggungjawabannya, si
pemimpin akan memberikan alasan, permintaan maaf, dan janji.


2.     
Gaya
Kepemimpinan Otokratis


            Gaya ini kadang-kadang dikatakan kepemimpinan terpusat pada diri pemimpin
atau gaya direktif. Gaya ini ditandai dengan sangat banyaknya petunjuk yang
datangnya dari pemimpin dan sangat terbatasnya bahkan sama sekali tidak adanya
peran serta anak buah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Pemimpin
secara sepihak menentukan peran serta apa, bagaimana, kapan, dan bilamana
berbagai tugas harus dikerjakan. Yang menonjol dalam gaya ini adalah pemberian
perintah.


            Pemimpin otokratis adalah seseorang
yang memerintah dan menghendaki kepatuhan. Ia memerintah berdasarkan
kemampuannya untuk memberikan hadiah serta menjatuhkan hukuman. Gaya
kepemimpinan otokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia
bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dengan cara segala
kegiatan yang akan dilakukan semata-mata diputuskan oleh pimpinan.


3.     
Gaya
Kepemimpinan Demokratis


            Gaya kepemimpinan demokratis adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar
bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan cara
berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan
bawahan. Gaya ini kadang-kadang disebut juga gaya kepemimpinan yang terpusat
pada anak buah, kepemimpinan dengan kesederajatan, kepemimpinan konsultatif atau
partisipatif. Pemimpin kerkonsultasi dengan anak buah untuk merumuskan tindakan
keputusan bersama.


4.     
Gaya
Kepemimpinan Otoriter / Authoritarian


            Gaya kepemimpinan otoriter
Adalah gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung
jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan
hanya melaksanakan tugas yang telah diberikan.


            Tipe kepemimpinan yang otoriter
biasanya berorientasi kepada tugas. Artinya dengan tugas yang diberikan oleh
suatu lembaga atau suatu organisasi, maka kebijaksanaan dari lembaganya ini
akan diproyeksikan dalam bagaimana ia memerintah kepada bawahannya agar
kebijaksanaan tersebut dapat tercapai dengan baik. Di sini bawahan hanyalah
suatu mesin yang dapat digerakkan sesuai dengan kehendaknya sendiri, inisiatif
yang datang dari bawahan sama sekali tak pernah diperhatikan.


5.     
Gaya
Kepemimpinan Birokratis


            Gaya ini dapat dilukiskan dengan kalimat “memimpin berdasarkan peraturan”.
Perilaku pemimpin ditandai dengan keketatan pelaksanaan prosedur yang berlaku
bagi pemipin dan anak buahnya. Pemimpin yang birokratis pada umumnya membuat
keputusan-keputusan berdasarkan aturan yang ada secara kaku tanpa adanya
fleksibilitas. Semua kegiatan hampir terpusat pada pimpinan dan sedikit saja
kebebasan orang lain untuk berkreasi dan bertindak, itupun tidak boleh lepas
dari ketentuan yang ada.


6.     
Gaya
Kepemimpinan Laissez Faire


            Gaya ini mendorong kemampuan anggota untuk mengambil inisiatif. Kurang
interaksi dan kontrol yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya
bias berjalan apabila bawahan memperlihatkan tingkat kompetensi dan keyakinan
akan mengejar tujuan dan sasaran cukup tinggi. Dalam gaya kepemimpinan ini,
pemimpin sedikit sekali menggunakan kekuasaannya atau sama sekali membiarkan
anak buahnya untuk berbuat sesuka hatinya.


7.     
Gaya
Kepemiminan Moralis


Kelebihan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah umumnya Mereka hangat
dan sopan kepada semua orang. Mereka memiliki empati yang tinggi terhadap
permasalahan para bawahannya, juga sabar, murah hati Segala bentuk kebajikan
ada dalam diri pemimpin ini. Orang-orang yang datang karena kehangatannya
terlepas dari segala kekurangannya.           Kelemahan
dari pemimpinan seperti ini adalah emosinya. Rata orang seperti ini sangat
tidak stabil, kadang bisa tampak sedih dan mengerikan, kadang pula bisa sangat
menyenangkan dan bersahabat. Jika saya menjadi pemimpin, Saya akan lebih
memilih gaya kepemimpinan demokratis.Karena melalui gaya kepemimpinan seperti
ini   permasalahan dapat di selesaikan dengan kerjasama antara atasan
dan bawahan. Sehingga hubungan atasan dan bawahan bisa terjalin dengan baik.


8.     
Gaya
Kepemimpinan Administratif


Gaya kepemimpinan tipe ini terkesan kurang inovatif dan telalu kaku pada
aturan. Sikapnya konservatif serta kelihatan sekali takut dalam mengambil
resiko dan mereka cenderung  mencari aman. Model kepemimpinan seperti ini
jika mengacu kepada analisis perubahan yang telah  kita bahas sebelumnya,
hanya cocok pada situasi Continuation, Routine change, serta Limited change.


2.6 Pemimpin Yang Melayani


            Greenleaf (2000)
menyatakan bahwa pemimpin yang melayani diawali dengan perasaan alami untuk
melayani terlebih dahulu. Setelah itu, dengan kesadaran seseorang ingin
memimpin. Greenleaf (2002) mendifinisikan pemimpin yangn melayani adalah seorang
pemimpin yang sangat peduli atas pertumbuhann dan dinamika kehidupan pengikut,
dirinya dan komunitasnya dan karenanya ia mendahulukan hal-hal tersebut
dibandingkan dengan pencapaian ambisi pribadi atau pola dan kesukaannya saja.


            Impiannya ialah agar orang
yang dilayani tadi akan menjadi pemimpin yang melayani juga. Greenleaf (2002)
menekankan, bila seseorang ingin menjadi pemimpin yang efeketif dan berhasil,
ia harus lebih dulu memiliki motivasi dan hasrat yang besar untuk memenuhi
kebutuhan orang lain. Dalam hal ini, pemimpin harus mampu mendorong pengikutnya
untuk mnecapai potensi optimalnya.


            Menurut Larry C. Spears
(1995), mengacu pada pemikiran Greenleaf, terdapat karakteristik seorang
pemimpin maupun calon pemimpin yang ditunjukkan dari sikap dan perilaku pemimpin
tersebut, yang dipaparkan pada list berikut :


1.     
Kesediaan untuk menyimak ( Listening)


Biasanya seorang
pemimpin dinilai berdasarkan kemampuannya dalam berkomunikasi dan mengambil
keputusan. Kemampuan ini juga penting bagi pemimpin yang melayani, pemimpin ini
perlu dikuatkan dengan komitmen yang kuat untuk mendengarkan orang lain dengan
sungguh-sungguh. Pemimpin yang melayani mencoba untuk mengidentifikasikan
keinginan dari sebuah kelompok dan membantu mengklasifikasikan keinginan
tersebut, dengan cara menyimak.


2.     
Kuat dalam Empati (Empathy)


            Pemimpin
yang melayani berusaha untuk mengerti dan berempati dengan oranglain. Manusia
perlu untuk merasa diterima dan diakui atas semangat mereka yang khusus dan
unik.


3.     
Melakukan pemulihan-pemulihan
(Healing)


Salah satu kekuatan
terbesar seorang pemimpin yang melayani adalah 
kemampuannya untuk melakukan pemulihan bagi dirnya sendiri maupun orang
lain.


4.     
Penyadaran/peningkatan kesadaran
(awareness)


            Kesadarran
umum, dan terrutama kesadaran diri, memperkuat pemimpin yang melayani.
Kesadaran juga membangtu seseorang dalam memahami persoalan yang berhubungan
dengan etika dan nilai.


5.     
Memiliki sifat persuasive (Persuation)


            Karakteristik
lain dari pemimpin yang melayani adalah mengandalkan persuasi dalam pengambilan
keputusan, bukan posisi sebagai otoritas. Pemimpin ynag melayani  mencoba untuk meyakinkan oranng lain, bukan
memaksa oranglain untukk  patuh.


6.     
Mampu membuat konsep
(conceptualization)


            Pemimpin
yang melayani mengembangkan kemampuannya untuk “memimpikan hal-hal besar”. Kemampuan
untuk melihat permasalahan (atau sebuah organisasi) dari perspektif
konseptualisasi berarti bahwa seseorang harus berfikir melebihi realitas
sehari-hari. Pemimpin yang melayani menyeimbangkan antara pemikiran konseptual
dengan pendekatan dengan focus harian.


7.     
Mampu membuat perkiraan yang tepat
(Foresight)


            Foresight
adalah sebuah karakteristik yang memungkinkan pemimpin yang melayani untuk
memahami pelajaran dari masa lalu, realitas saat ini dan kemungkinan
konsekuensi dari sebuah keputusan untuk masa depan. Hal ini juga berakar di
dalam pikiran intuitif.


8.     
Penata layanannya baik (stewardship)


            Peter Block  (dalam Spears 2004) telah mendefinisikan
stewardship sebagai “memegang sesuatu yang dipercayakan kepadanya oleh
oranglain”. Pemimpin yang melayani, seperti stewardship, mengasumsikan komitmen
utama untuk melayani kebutuhan orang lain. Hal ini juga menekankan pada
pengguna keterbukaan dan persuasi dibandingkan dengan pengadilan.


9.     
Memiliki komitmen untuk menghasilkan proses pembelajaran (commitment to the growth
of people)


            Pemimpin
yang melayani percaya bahwa orang lain mempunyai nilai intrinsic melebihi
konstribusi nyata mereka sebagai karyawan atau pekerja. Sebagai hasilnya,
pemimpin yang melayani berkomitmen secara mendalam pada pengembangan dari
masing-masing dan setiap individu dalam institusi. Pemimpin yang melayani
menyadari tanggung jawab yang luar biasa untuk melakukan semua hal yamg
memungkinkan untuk membantu pembelajaran sumberdaya manusia.


10.  Serius dalam upaya pembentukan dan pengembangan komunitas (building
community)


            Pemimpin
yang melayani merasakan bahwa banyak hal yang telah hilang dalam sejarah
manusia belakangan ini sebagai hasil dari pergeseran dari komunitas local
menjadi institusi besar sebagai pembentuk utama dalam hidup manusia. Hal ini
menyebabkan pemimpin yang melayani uuntuk mencoba mmengidentifikasikan beberapa
sarana untuk membangun kamunitas di antara mereka yang bekerja di institusi
tersebut.


            Selain itu Spears juga mengungkapkan
indicator tentang pemimpin yang melayani. Indicator ini juga merupakan
penambahan dari hasil studi pasca Spears. Indicator
tersebut antara lain:


1.     
Pemimpin yang melayani menyadari dan
menghayati bahwa ia melayani suatu hal yang lebih besar dari dirinya atau
organisasinyya.


2.     
 Pemimpin yang melayani memberikan teladan
untuk prilaku dan sikap yang ia ingin hadir dan menjadi bagian utama dari hidup
pengikutnya. Jadi ia tidak memaks
akan orang untuk mengambil alih suatu  
perilaku atau memaksa dengan berbagai hal-hal yang ia inginkan.


3.     
Pemimpin yang melayani memiliki
pribadi yang otentik yaitu kerendahan hati, dapat diminta pertanggungjawaban,
intregitas antara nilai, gambar diri dan ambisinya, serta ia tampil sebagai
manusia biasa denggan kelemahannya.


4.     
Pemimpin yang melayani juga mempersoalkan
masalah moral dan berani mengambil resiko dalam menegakkan prinsip etika
tertentu.


5.     
yang melayani memiliki visi dan mampu
memberdayakan orang.


6.     
Pemimpin yang melayani mampu
memberikan kepercayaan dan pemahaman atas keadaan  pengikutnya.


7.     
Pemimpin yang melayani sering bekerja
dalam kerangka pikir waktu yang panjang. Ia tidak mengharapkan hasil
sppektakuler terlalu cepat karena ia menyadari bahwa untuk menggerakkan dan
mentransformasi orang diperlukan waktu yang panjang dan proses yang
berkesinambungan.


8.     
Pemimpin yang malayani melakukan
komunikasi yang proaktif dan bersifat dua arah.


9.     
Pemimpin yang melayani juga dapat
hidup di tengah perbedaan  pendapat,
bahkan ia merasa tidak nyaman bila pendapat, paradigma dan gaya kerja sejenis.


10.  Pemimpin yang melayani memberikan kepercayaan dan wewenang kepada
pengikutnya. Ia memiliki gambaran positif, optimis tentang mereka. Ia
memberdayakan mereka melalui sharing pengetahuan,skill, dan perspektif.


11.  Pemimpin yang melayani menggunakan persuasi dan logika untuk mempengaruhi
orang, selain dengan peneladanan.


12.  Pemimpin yang melayani tidak 
berupaya menjadi pahlawan, namun menciptakan  dan melahirkan pahlawan-pahlawan.bahwa
pemimpin yang melayani tidak berarti akan menghindar dari masalah atau konflik.


13.  Pemimpin yang melayani mengerjakan banyak hal dan menghindar dari berbagai
hal yang lain dapat lakukan. Hal yang terpenting bahwa pemimpin yang melayani
tidak berarti akan menghindar dari masalah atau konflik. Ia juga menjadi sosok
yang tidak dikendalikan oleh berbagai kelompok yang kuat. Dalam pekerjaan
sehari-hari seorang pemimpin yang melayani mendahulukan orang lain. Ia juga
membuat orang jadi terinspirasi, terdorong, belajar dan mengabil alih
keteladanannya. Pendekatannyabukanlah dengan kekuasaan melainkan   pendekatan hubungan atau relaisional.


2.7 Pemimpin Sejati


            Kepemimpinan adalah sebuah keputusan
dan lebih merupakan hasil dari prooses perubahan karakter atau transformasi
internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukanlah jabatan atau gelar,
melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang.
Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian
dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika
setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada lingkungannya,
dan ketika kkeberaniannya mendorong perubahan dalam organisasinya, pada saat
itulah  seseorang lahir menjadi pemimpin
sejati.


            Jadi pemimpin bukan
sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari 
luar, melainkan sesuatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam siri
seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside
out).


            Kepemimpinan sesungguhnya
tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah
sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keputusan seseorang
untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi keluarga, bagi
lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan social dan bukan bagi negerinya.
“I don’t think you have to be waering stars on your shoulders or a title to be
leader. Anybody who want to raise his hand can be a leader any time”, dikatakan
lugas oleh General Ronal Fogleman, Jenderal Angkatan Udara Amerika Serikat yang
artinya “saya tidak berfikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau sebuah
gelar pemimpin. Orang lain yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi pemimpin
di lain waktu”.


            Sering sekali seorang
epmimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka yang dipimpinnya.
Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggota tim akan
mengatakaan bahwa merekalah yang melakukan sendiri. Pemimpin sejati adalah
seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dan maximize.


            Konsep pemikiran seperti
ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa diterima oleh para pemimpin
konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujan (honor &
praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan dikultuskan,
semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang peimpin. Justru kepemimpinan
sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble).


            Pelajaran mengenai
kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh dari kisah hidup
Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang membawa bangsanya
dari Negara yang rasialis menjadi Negara yang demokratis dan merdeka. Selama penderitaan
27 tahun penjara pemerintah apharteid, justru melahirkan perubahan pada diri
beliau. Sehingga beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan
mereka yang telah membuatnnya menderita selama bertahun-tahun.


            Seperti yang dikatakan oleh penulis
buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepemimpinan dimulai dari dalam hati
dan keliar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Perubahan karakter adalah
segala-galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa
kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya
tahan menghadapi kesulitan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang
tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati.


2.8 Empat Kriteria Pemimpin Sejati


1.     
Visioner, yaitu punya tujuan pasti dan
jelas serta tahu kemana akan membawa para pengikutnya. Tujuan hidup Anda adalah
poros hidup Anda, Andy Stanley dalam bukunya visioneering, mmelihat pemimpin
yang punya visi dan arah yang jelas, kemungkinan berhasil/sukses lebih besar
daripada mereka yang hanya menjalankan sebuah kepemimpinan.


2.     
Sukses bersama, yaitu membawa sebanyak
mungkin pengikutnya untuk sukses bersamanya, pemimpin sejati bekanlah mencari
keuntungan atau sukses hanya bagi dirinya sendiri, namun ia tidak kuatir dan
takut serta malah terbuka untuk mendorong orang-orang yang dipimpin
bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.


3.     
Mau Terus Menerus Belajar dan Diajar
(Teachable and Learn continous), yaitu banyak hal yang harus dipelajari oleh
seorang pemimpin jika ia ma uterus survive sebagai pemimpin dan dihargai oleh
para pengikutnya. Punya hati yang mau diajar baik oleh pemimpin lain ataupun
bawahan dan belajar dari pengalaman diri dan orang-orang lain adalah penting
bagi seorang pemimpin. Memperlengkapi diri dengan buku-buku bermutu dan
bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab dengan para pemimpin akan
mendorong skill kepemimpinan akan mengingat.


4.     
Mempersiapkan calon-calon pemimpin
masa depan, yaitu pemimpin sejati bukanlah orang yang hanya menikmati dan
melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi generasi atau saat dia memimpin
saja, namun lebih dari itu, dia adalah seorang yang visioner yang mempersiapkan
pemimpin baerikutnya barulah dapat disebut seorang Pemimpin Sejati. Di bidang
apapun dalam berbagai aspek kkehidupan ini, seorang pemimpin Sejati pasti
dikatakan sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin muda lainnya.


2.9 Ciri Pemimpin Sejati


1.     
Integritas


            Melakukan sesuatu sesuai
dengan apa yang anda katakana akan anda lakukan. Integritas membuat anda dapat
dipercaya. Integritas membuat orang lain mengandalkan anda. Intregitas adalah
penepatan janji-janji anda. Satu hal yang membuat sebagian besar orang enggan
menggikuti anda adalah bila mereka tak sepenuhnya merasa yakin bahwa anda akan
membawa mereka kepada tujuan yang anda janjikan.


2.     
Optimisme


            Tak ada orng yang mau
menjadi pengikut anda bila anda memandang suram masa depan.  Mereka hanya mau mengikuti seseorang yang
bisa mmelihat masa depan dan memberitahukan pada mereka bahwa didepan sana
terbentang tempat yang lebih baik dan mereka dapat mencapai tempat itu.


3.     
Menyukai Perubahan


            Pemimpin adalah mreka yang
melihat adanya kebutuhan akan perubahan, bahkan mreka bersedia untuk memicu
adanya perubahan itu. Sedangkat pengikut lebih suka untuk tinggal di tempat
mereka sendiri. Pemimpin melihat adanya kebaikan di balik perubahan dan
mengkomunikasinya dengan para pengikut mereka. Jika anda tidak berubah, anda
takkan berkembang.


4.     
Berani Menghadapi Resiko


            Kebanyakan orang
menghindari resiko. Padahal, kapanpun kita mencoba sesuatu yang baru, kita
harus siap menghadapi rediko. Keberanian untuk mengambil resiko adalah bagian
dari pertumbuhan yang teramat penting. Para pemimpin menghitung resiko dan
keuntungan yang ada di balik resiko. Mereka mengkomunikasikannya pada pengikut
mereka dan melangkah pada hari esok yang lebih baik.





2.10 Kepemimpinan Dan
Kearifan Lokal


            Kearifan lokal yaitu spirit lokal genius yang disepadankan maknanya
dengan pengetahuan, kecerdikan, kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan
dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang
relative pelik dan rumit.


            Dalam suatu lokal (daerah
) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, serasi dan seimbang
(harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Kehidupan yang
dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang teratur dan
terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kondusif.


            Kehidupan manusia tidak
lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh didiamkan. Setiap
masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan,
seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul.


            Manusia di besarkan
masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah yang muncul dapat
ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohnya adalah
masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali,
seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia
tentu hal ini sangat tidak menguntungkan.
Masalah ini haruslah segera ditangani. Dalam hal pembuatan
drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan kematangan rencana agar
pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti, penanggulangan
yang cepat dengan membuat gorong – gorong bisa menurunkan debit air yang
meluber ke jalan.



































BAB III


PENUTUP


3.1 Kesimpulan


Organisasi sebagai
kesatuan sosial, yaitu terdiri dari orang atau kelompok orang yang berinteraksi
satu sama lain. Setiap organisasi dituntut selalu peka terhadap aspirasi,
keinginan, tuntutan dan kebutuhan berbagai kelompok dengan siapa organisasi
berinteraksi.


Kepemimpinan yang
merupakan sesuatu yang wajib dalam kehidupan agar kehidupan menjadi teratur dan
keadilan bisa ditegakkan, sehingga tidak berlaku hukum rimba. Kepemimpinan juga
dapat dikatakan penting apabila memanfaatkan dan mengelola potensi setiap
anggota dengan cara yang tepat . Maka dari itu seorang pemimpin dalam
mengendalikan kepemimpinannya harus mendorong perilaku positif dan
meminimalisir semua yang negatif, mencari pemecahan masalah, mempelajari
perubahan di sekitarnya, serta mencanangkan strategi yang tepat untuk mencapai
tujuan.


Kepemimpinan sebagai
proses mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari
para anggota kelompok juga merupakan sarana pencapaian tujuan. Pemimpin dalam
kehidupan organisasi mempunyai kedudukan yang strategis dan merupakan gejala
sosial yang selalu diperlukan dalam kehidupan kelompok.


3.2 Saran


Sangat diperlukan
sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kepemimpinan itu
perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri
sendiri. Jika mampu berhasil memimpin dirinya sendiri akan kelak berhasil juga
menjadi pemimpin dari organisasi yang dijalankan.


3.3   
Penutup


Demikianlah yang
dapat kami sampaikan mengenai materi “Kepemimpinan dalam Organisasi” yang kami
bahas dalam makalah ini, semoga bermanfaat dan menambah ilmu pengetahuan bagi
kita semua, kami mohon maaf atas banyaknya kekurangan karena terbatasnya
referensi yang kami peroleh. Sekiranya para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun untuk kami. Sekian penutup dari kami semoga makalah ini dapat
bermanfaat, kami ucapkan terimakasih.

















DAFTAR PUSTAKA


Hepi Andi Bastoni, Sejarah Para Khalifah, (Bogor: Pustaka
Al-kautsar, 2009)


Teungku Muhammad Hasbi
Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’anul Majid An-Nur, jilid 4, (Semarang:
Pustaka Rizki putra, 2000).


Hendiya Soetop dan Wasty
Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi
Pendidikan
(Jakarta, Bina Aksara 1984)


Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Haji Mas
Agung, Jakarta, 2003)


Hamzah Zakub, Menuju
Keberhasilan, Manajemen dan Kepemimpinan,
Bandung, CV Diponegoro


20 Nasharuddin
Baidan& Erwati Aziz, Etika islam dalam Berbisnis, Yogyakarta,
Pustaka Pelajar, 2014


21 Moeheriono, Pengukuran
Kinerja Berbasis Kompetensi,
(Jakarta,
PT Raja Grafindo Jakarta, 2012)




file:///C:/Users/ACER/Downloads/kepemimpinan halaman/Putri
Kartika Tugas Makalah Kelompok Kepemimpinan Dalam Organisasi.htm
(diakses14 september 2019)








Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISTEM ADMINISTRASI PERPAJAKAN MODERN